Pendidikan Seksualitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

💦Pendidikan Seksualitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus💦
 

 

 

 

 

 


Tahapan perkembangan organ reproduksi terkait fitrah seksualitas untuk anak kebutuhan khusus sangat berbeda situasi dan kondisinya, tergantung macam kondisi fisik dan mentalnya. Namun secara umum, tidak ada keterlambatan dalam kematangan organ seksual, yang berbeda adalah kondisi kematangan mentalnya, kesiapan menerima informasi mengenai pertumbuhan fisik terkait pertumbuhan seksualnya yang berbeda.
Untuk Global development delay, dan down syndrome, ada perbedaan tergantung jenis persentilnya, ada yg berusia 40 tahun namun kondisi kematangan seksualitasnya secara emosional dan mental masih di usia 25 tahun. Tapi secara kematangan fisik tidak berbeda. Jadi tumbuh sesuai umurnya.
Ketika berumur 5, 10 dan 15 tahun diajarkan dan diberi info tentang hal ini dengan bantuan beberapa media, baik visual, kinestetik. Caranya adalah penunjukkan dengan konsep yang ditanamkan dari usia lebih dini mengenai besar kecil, tumbuh, tinggi rendah, konsep kebalikan, konsep kenaikan, konsep menua. Misalnya dari berkebun, tumbuh seperti apa, dari kecil jadi besar lalu ada bunga dan berbuah kemudian di analogi dengan anak membesar tumbuh lalu nanti perempuan laki laki berpasangan menikah memilki keturunan. Kemudian diulang, repetisi merupakan keharusan.
Terhadap konsep paham, maka gaya komunikasi dapat dikembangkan sesuai kondisi anak dengan tingkat kebutuhannya yang beda beda juga.

Kasus yang dikaitkan dengan mitos yang terjadi di kampung membuat anak berkebutuhan khusus diasingkan, sehingga tidak memperoleh pendidikan yang  baik,  perlakuan diskriminasi ini justru dari keluarga. Sehingga pihak orang tua dan keluarga dekat harus mempunyai pemahaman yang kuat tentang anak berkebutuhan khusus.
Orangtua harus menerima dl kondisi anak, pendidikan untuk anak juga harus diperhatikan karena anak biasa saja rentan menjadi korban, apalagi jika abk susah melindungi dirinya.
Orang tua dan orang terdekat harus mempunyai kontak kepolisian, harus kuat hukum, kemudian pemberian informasi harus diulang-ulang dan bila perlu dibantu therapist atau psikolog jika orang tua tdk mampu.
Jika orang tua tidak mau menerima maka dapat dicarikan yayasan yang paham tentang anak berkebutuhan khusus.

Memberikan pemahaman tentang cara menjaga diri dari kejahatan seksual, atau  sebagai korban bully yang kadang sulit menyampaikan sehingga meluapkan amarah, khususnya anak Autis, down sindrom, AdHD, rubella sindrom atau sindrom bawaan lain ini yang sulit sekali berbicara dengan mereka bahkan berulang ulang dan bertahun-tahun sangat sulit untuk bisa di terima.
Di butuhkan metode komunikasi yang produktif dan harus dibersamai orang tua. Menggunakan simbol, kinestetik, gerakan tangan mata dan kadang pakai pilihan.
Karena berbahasa dan komunikasi sungguh tantangan berat berbeda dengan anak lain.
Jika kalimat perintah dan kemandirian saja sudah susah, apalagi untuk menyampaikan informasi tentang melindungi diri, karena umumnya mereka tdk paham akan kondisi terluka, mereka polos dan umumnya terima saja jika ada bujukan atau intervensi dari orang asing.
Sehingga perlu dukungan orangtua. Ada beberapa kasus bahkan keluarga dekat bisa menjadi predator, sehingga walaupun kita berfikir positif namun tetap waspada meski dengan keluarga dekat yang bukan orangtua.
Ajarkan komunikasi dengan memakai kata sederhana seperti yes ,no.
Ajarkan teriak, menangis, dan meminta sesuatu.
Dimulai dengan konsep. Bahwa ini sakit ini tidak sakit. Awas jika ada bahaya, mana yang panas dingin, diasosiasikan dengan sakit.
Sering perhatikan jika anak menangis atau mengeluh, sehingga anak terbiasa bercerita atau mencari orangtuanya saat kurang nyaman.
Anak abk tdk bs dipaksa dalam lingkungan tertentu. Jika sering dipaksa maka semakin susah berkomunikasi. Dukungan dan pengawasan lebih sangat diperlukan. Kerja lebih banyak. Walau terkesan protektif tapi ini dapat melindungi.
Ketika anak berkebutuhan khusus  baligh mereka juga mengalami mimpi basah untuk anak laki laki dan haidh utk anak perempuan. Kunci dari semua adalah komunikasi antara orang tua dan anak harus terjalin dengan baik. Dan bentuk komunikasi itu sendiri tidak hanya terpaku kepada bahasa indonesia sehari hari kita, bisa kita gunakan simbol, kasih sayang, dan bahasa tubuh. Ketika kita dapat mengelolah komunikasi yang baik insyaAllah akan dimudahkan jalannya.
ABK bisa merasakan suka kepada lawan jenis dan mempunyai idola, sama normalnya,  umumnya rasanya seperti anak tk atau sd yg mungkin suka pada lawan jenis di usia muda pikirannya adalah anak ini cantik menarik. Tapi ketertarikan secara seksual tdk. Hanya affection, keinginan kasih sayang seperti belaian, dipeluk,smacam itu. Umumnya ketertarikan seksual yg benar2 utuh matang dan privat utk anak ds autis di usia di atas 30 tahun, sisanya masih normal.
Abk terlihat usianya lebih muda atau kecil secara fisiknya. Tinggi,bentuk wajah dan cara bicara tapi kita harus memperlakukan secara normal sesuai perkembangan fisiknya, misalnya ABK berusia 18 tahun sebaiknya diperlakukan seperti usia 18 tahun bukan seperti anak kecil atau anak usia 13 tahun.
Terkadang ada orang tua yang maunya didengarkan oleh anak saja tanpa kita tahu apa sebenarnya perasaan anak. Bagaimana caranya kita tau perasaan anak kalau kita saja tak berusaha menebak perasaannya.

Abk dapat menyukai dan tahu seperti apa namun tidak bisa menikah sesama karena kondisi mereka misalnya karena genetisnya. Tergantung kondisi persentilnya. Ada sesama abk yg berkeluarga namun kematangan emosional dalam membangun keluarga tetap harus dibantu orangtua. Orangtua kemudian tidak punya waktu istirahat karena seperti punya anak bayi 2 sekaligus, sehingga umumnya orangtua akan emosionally drain kelelahan dan tidak maksimal.
Abk perempuan saat pertama menstruasi untuk beberapa kasus yang orangtuanya sudah paham, diajarkan kemandirian walaupun kenyataannya kemudian masih dibantu orangtua karena belum ada yanh fapat menghandle sendiri. Perbedaan hormon dan kondisi mental emosional yang membuat abk membutuhkan bantuan orang terdekat.
ABK dapat memahami  konsep berpasangan di usia 40 tahun. Tapi umumnya tidak semua berhasil, ada yang seumur hidupnya diasuh orang tua.
Jika ada kasus kekerasan seksual pada ABK maka mempunyai hak yang sama dalam perlindungan hukum tapi kenyataannya banyak kasus yang tidak terungkap.
Anak abk juga umumnya dilindungi negara bisa diwakilkan jika ada delik aduan. Diikutkan dengan bukti visum, lemahnya hukum diindonesia terkadang kemampuan pengaduan dianggap bohong.  Sebagai orang tua mesti melek hukum terkait dgn yayasan dan kelompok terkait juga. Sehingga memiliki kekuatan.
Jika ada pemikiran, apakah jika ABK menikah dengan ABK apakah mereka akan  mempunyi  anak bakal ABK juga?Untuk genetis, tidak selalu pasangan abk mempunyai keturunan abk. Permasalahannya terletak pada  pengendalian emosional, post partum depression, kondisi pengambilan keputusan berada pada orang tua. Mereka umum diajarkan hitam putih, sulit juga di area abu abu. Konflik emosional yang lebih rumit akan susah dijelaskan. Sehingga fokusnya bukanlah di hasil keturunan namun bagaimana memandirikan mereka dan kemampuan kematangan emosi dan kemampuan mengambil keputusan dalam menjalani hidup, akan selalu dalam pengasuhan jika nantinya berkeluarga.

💖💦Konsep anak berkebutuhan khusus (ABK). Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. (Sumber: wikipedia)
Jadi ketika kita menyebut ABK bukan hanya menyebutkan anak dengan downsydrom, atau anak dengan kelainan genetik saja. Tapi juga termasuk anak-anak tunanetra, tunawicara, anak dgn kemampuan diatas rata-rata, hyperaktif, dll.
Kalau mereka abk karena bawaan genetik, biasanya kemungkinan lebih dr 50% akan menurun ke anaknya.

Anak abk, difabilitas, itu kelompok minoritas yang bahkan kesulitan dideteksi dan dilindungi. Jika keluarga sebagai pagar terdepan tidak bisa melindungi maka tidak akan bisa. Hal ini juga terkait dengan penerimaan dan tingkat keikhlasan dalam mengasuh anak perlu diperhatikan. Dukungan masyarakat juga diperlukan, dimulai dari kita yang tidak melihat dengan  aneh jika ada anak berkebutuhan khusus. Kita dapat  menyapa dengan ramah, memuji dan mengapresiasi, jika kita sebagai publik mencemooh maka keluarga sendiri pun akan merasa sebagai keluarga gagal dan mengaggap anak itu memalukan.
Anak berkebutuhan khusus membutuhkan pendampingan dari orang tua dan dukungan dari semua pihak.
#fitrahsexualitas
#learningbyteaching
#bundasayanglevel11
#InstitutIbuProfesional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengulang yang Kemarin