Belajar dari Kesalahan Bunda Sayang

๐ŸŒท๐Ÿฃ๐ŸŒทGame Kelas Bunda Sayang๐ŸŒท๐Ÿฃ๐ŸŒท

๐ŸŽฏLevel 1
TANTANGAN 10 HARI KOMUNIKASI PRODUKTIF

๐Ÿ’™ Hari Ke - 8

❌ Belajar dari kesalahan ❌

Pagi ini kembali Shafaa bangun pagi sendiri dan langsung bersiap ke sekolah. Sepulang sekolah Shafaa membuka baju seragam sendiri, aku pemperhatikan dengan hati senang dan berkata “Anak mama paling pintar”. Shafaa tersenyum senang.
Beberapa saat kemuadian aku menghapiri Shafaa yang sedang bermain di teras belakang, kulihat dia sedang tidur di atas bangku yang sudah dijejer lurus, dibangku panjang sebelahnya banyak kunci, peralatan milik papanya tertata rapi dengan spasi jarak yang sama,
“Wiiih sudah berjejer… main apa nih” tanya ku pada Shafaa yang masih berbaring di atas jejeran kursi. Shafaa masih diam.
“buka bengkel?” tanyaku sekali lagi.
Shafaa menjawab dengan gelengan kepala.
“main apa ya…” nada suaraku mereka-reka.
“mau main perang perangan tapi ga ada kakak” Shafaa berkata dengan sedih, masih dalam posisi berbaring.
“sebentar lagi kakak pulang” kataku singkat.
Aku mencoba tidak menghiburnya dengan ajakan bermain, karena kulihat jam pulang kakaknya sudah tiba.
Terdengar suara salam dari luar rumah, aku membuka pintu untuk Shina, kakak Shafaa, Shina memelukku, aku mencium keningnya dan berkata “ Tidak pusing kan?” tanya ku, karena ini adalah hari pertama kakak Shafaa, Shina masuk sekolah setelah istirahat karena malaria. Shina mengangkat jempolnya sambil senyum, kulihat Shafaa memandang kami, aku langsung berdiri berhadapan dengan Shafaa, melipat kaki untuk samakan tinggi badan, memeluknya dan kucium kening Shafaa.  
Shafaa kelihatan sangat senang, dan langsung mengukuti kakaknya seperti ikan remora mengikuti ikan hiu.
๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ

Aku ke teras belakang untuk melihat kedua putriku, kudapati mereka sedang mengambil buah kersen, biasanya aku langsung menyebut nama mereka dengan intonasi suara tinggi, tapi kali ini aku mencoba untuk bersabar sampai mereka selesai.
“maaaa.. kersennya banyak” kata Shafaa senang.
“ coba mama lihat” pintaku.
Shafaa langsung sibuk mengumpulkan banyak kersen dalam tangannya “ini ma”. Kulihat banyak kersen yang belum terlalu masak, aku kembali memcoba bersabar, selain karena kemarin aku sudah berkata kalau hari ini banyak kersen yang masak, juga karena aku tidak mau merusak rasa senang mereka.
“Rasanya beda ma… coba deh” kata Shafaa sambil menjulurkan tangannya kemulutku mencoba memberi buah kersen.
“belum masak, makanya rasanya beda, kalau mau ambil yang sudah merah betul” aku mencoba menjelaskan pada Shafaa.
“Kasihan buah kersennya kalau diambil tapi belum masak” sambungku.
“Shi… naik tembok seperti tadi bisa jatuh kalau tidak hati-hati, dari bawah saja ya shi” kataku kepada Shina. Shafaa ikut mendengarkan.
๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ

Ketika aku sedang menyelesaikan pekerjaanku tiba-tiba kepala Shafaa muncul mengejutkanku.
“Mama” panggulnya sambil tertawa
“Shafaa mau apa nak?” tanyaku.
Putri kecilku menggelengkan kepala, dalam hati aku merasa, Shafaa mengerti kalau aku sedang sibuk. Shafaa kemudian menghilang dari pandanganku. Sesaat kemudian, ketika aku sedang serius, sebuah buku terlihat langsung di depan mataku.
“Casting” suara Shafaa membaca judul bukunya.
“Kesting bacanya… itu pakai bahasa inggris” kataku sambil memangkunya.
“Shafaa mau baca buku ini?” tanyaku.
Shafaa menggeleng kemudian berkata senang “Cuma suka lihat gambarnya” sambil menunjuk ilustrasi seorang pria gendut dengan baju nyetrik ala Elvis Presley. Shafaa kemudian menghilang dari pandangan, tak berapa lama kemuadian aku masuk ke kamarnya dan kulihat Shafaa sudah tertidur, betapa pengertiannya putri kecilku. Aku menyesal tidak berkata “kita baca bukunya yuk” karena sebenarnya aku tahu sekarang waktunya  Shafaa tidur siang. Aku kehilangan kesempatan.
๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ

Forum hari ini dibuka dengan cerita dari Shina “Tadi ulangan Pkn, Shi dapat 90” katanya,kemudian di lanjutkan dengan cerita keadaan  dikelas.
“Shafaa dapat 20” sambung Shafaa. Aku sempat mengira aku salah dengar, tapi kemudian Shafaa menerangkan “soalnya ada 5, nomor 1 betul, 2 salah, 3 salah, 4 salah, 5 salah” sambil menunjuk jarinya sesuai urutan angka.
“Padahal betul ma...tapi kenapa disalahin ya” Shafaa penasaran.
“Coba mama lihat” pintaku. Shafaa  kemudian mengambil buku latihan matematika.
Pengurangan, 1 soal, diselesaikan dengan 2 cara yang berbeda. Aku bingung, karena pengurangan seperti ini Shafaa sudah bisa. aku mencoba memeriksa dan ternyata cara pertama dan ke 2 angkanya berbeda, kutanyakan dari mana Shafaa mendapat angka yang berbeda.
“mama ga tahu?” tanya Shafaa bingung.
“ga… dari mana angka yang ini” tanyaku sambil menunjuk angka yang ku maksud. Shafaa menerangkan asal angka itu, dan aku jadi tidak mengerti. Kemuadian Shina melihat buku matematika adiknya.
“ooh ma.. Shafaa menggabung puluhan dengan puluhan jadi angka baru, satuan dengan satuan juga” terang Shina.
Aku kemudian memeriksa ulang, ternyata betul perkiraan Shina.
“tadi ibu Evi bilang begitu” kata Shafaa dengan wajah polos tidak mengerti.
“oh … bukan ibu Ita yang ajar” tanyaku
“Ibu Ita ijin ma, jadi ibu Evi yang ajar”Shafaa menjelaskan.
Akhirnya aku paham, sepertinya Shafaa salah mengerti ketika diterangkan, akhirnya aku minta Shafaa menerangkan sesuai pengertiannya, kemudian aku koreksi pengertian Shafaa yang keliru. Akhirnya Shafaa dapat menerima kalau memang pekerjaannya salah dan harus mendapat nilai 20.
๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ

๐Ÿ’™Hal menarik dalam berkomunikasi hari ini;
๐Ÿ“ŒShafaa menyukai cerita.
๐Ÿ“ŒShafaa lebih mengerti aku, aku yang masih harus belajar mengerti Shafaa
๐Ÿ“ŒShafaa mempertahankan pendapatnya, tapi kemudian mau mengakui salah setelah paham dan tidak berlanjut marah.
๐Ÿ“ŒBerharap Shafaa bisa belajar dari kesalahpahaman.

๐Ÿ’™Perubahan yang buat hari ini ;
๐Ÿ“ŒMemberi kesempatan kepada Shafaa untuk mengungkapkan perasaannya.
๐Ÿ“ŒMencoba memberi kesempatan kepada Shafaa untuk mengatasi masalahnya sendiri dengan mendengar dan hanya memberi apa yang Shafaa minta.
๐Ÿ“ŒAku mencoba selalu mendengar ucapan Shafaa dan memperhatikan ekspresinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengulang yang Kemarin