Robin Hood #Bunda Sayang

๐ŸŒท๐ŸŒทGame Kelas Bunda Sayang๐ŸŒท๐ŸŒท

๐ŸŽฏLevel 1
TANTANGAN 10 HARI KOMUNIKASI PRODUKTIF

๐Ÿ’™ Hari Ke - 2

๐Ÿน๐Ÿน Robin Hood ๐Ÿน๐Ÿน
Hari ini hari Jumat, semua siswa mengenakan baju olah raga, di meja makan terjadi percakapan antara anak bungsu kami shafaa dan kakak perempuannya shina.
“kemarin pak Max ga masuk, jadi shafaa olah raga hari ini” shafaa membuka percakapan.
“Ga bisa begitu Shafaa, jadwal pelajaran olah raganya kan kemarin, hari ini shi yang olah raga” shina mengoreksi pendapat adiknya.
saya duduk menyimak percakapan mereka.
“Tapi shafaa ga olah raga kemarin”
“ya tetap saja ga bisa shafaa… iya kan ma?”
akhirnya aku harus bicara juga
“Shi dan shafaa punya jadwal pelajaran kan?”
mereka mengangguk.
“shafaa olah raga kapan?” tanya ku
“Kemarin ma, hari Kamis” jawab shafaa
“shi kapan?” tanyaku pada Shina
“hari ini ma” jawab shina
“nah.. kalau kemarin pak Max tidak masuk berarti Kamis minggu depan shafaa olah raga, karena jadwal olah raganya hari Kamis,  hari ini pak Max sudah ada jadwal olah raga dengan kelas kakak shi dan kelas lain” aku memcoba menerangkan dengan bahasa yang dapat dipahami olah shafaa. Shafaa dapat menerima penjelasan dari aku walau dengan wajah cemberut, melihat wajah adiknya yang cemberut shina langsung berkata “ I’am sorry” dengan meniru logat Amerika Latin dari sebuah potongan video lucu tentang seleksi memanah Robin Hood dan lainnya, yang pernah mereka tontong di hp sepupunya.
Shafaa akhirnya tersenyum dan tertawa.
“Robin Hood” tawa shina sambil bicara
“Shafaa tau Robin Hood juga? ” tanya  shina
“Tau.. dia kan pencuri” jawab shafaa
“Robin Hood pencuri tapi baik...” shina menerangkan.
“Robin Hood mencuri karena jaman itu Rajanya zalim, meminta pajak yang tinggi pada rakyat, padahal panen rakyatnya gagal, harta yang lain akhirnya diambil.. nah si Robin Hood, merampok dan mencuri dari petugas suruhannya raja, yang dicuri itu diberikan lagi untuk rakyat yang lagi susah itu" cerita ku
“Menurut shi dan shafaa, boleh tidak berbuat begitu?” tanya ku
“ boleh ma.. kan baik, untuk membantu rakyat yang susah” jawab shina.
Aku menunggu jawaban shafaa, tapi gadis kecil itu hanya diam saja.
“ Shafaa… boleh tidak ya?” tanya ku dengan lembut
“tidak boleh ma…” jawabnya
“kenapa tidak boleh?” tanya ku kembali
“ shafaa tidak tau.. tapi itu tidak boleh” jawabnya
“ Iya… tidak boleh ya…” jawab ku
“tapi kan ma.. dia membantu orang susah masa ga boleh” protes shina
“ membantu orang susah boleh, tapi caranya ga boleh, perbuatan baik harus diawali dengan yang baik juga, di Islam selain halal juga harus tayib, bersih dari yang buruk, seperti jajan kuning kuning yang enak kesukaan shafaa, itu halal tuk dimakan tapi bisa bikin penyakit, naah itu tidak boleh dimakan, nanti bisa sakit... nah mencuri itukan dilarang" kalimat panjang mengakhiri percakapan kami di meja makan.
๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ

Saat aku jemput Shafaa di sekolah, gadis kecil itu bersama seorang temannya berada dalam kelas membantu gurunya memisahkan kertas ujian teman sekelas, tidak didekat pagar sekolah seperti biasanya, Shafaa tidak jajan diluar kantin sekolah.
Ditengah perjalanan pulang shafaa meminta mie instant goreng, aku hanya menjawab “ mie itu sama dengan kuning kuning enak itu”, Shafaa diam dan cemberut.
”Mama bikin mie goreng ya…” kataku membujuk
Shafaa tetap diam dan cemberut.
Sampai di rumah, Shafaa tidak meminta mie goreng, tapi langsung bermain tanpa terlebih dahulu membuka seragam olah raganya. Sengaja aku biarkan, bonus karena tidak merengek dan menangis minta mie goreng instant.
๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ

Saat makan siang hampir tiba, shafaa menghapiriku saat aku sedang menyelesaikan "side job" ku dan bertanya “ma.. warna warna mama mana?” (maksudnya : perlengkapan makeup ku)
“ada” jawabku singkat
“boleh pinjam…mau main warnain muka mama” kata shafaa
“sebentar ya… kalau mau main lagi, mainan yang sebelumnya harus dirapihkan dulu” kata ku.
shafaa berlari keluar. Sebentar kemudian aku menyusul ke teras depan dan melihat mainan yang tadi digelar sudah tersimpan di tempatnya.
“pintar… ayo kita mewarnai muka” ajak ku
“tapi habis itu shafaa mandi ya…” ucapanku ini membuat wajah shafaa cemberut lagi ๐Ÿ˜„.
“tadi di sekolah keringat shafaa keluar banyak, lalu kena debu, kotor deh, yuk mandi dulu biar bersih” kataku berusaha tetap lembut, karena biasanya aku akan menaikan intonasi jika kebiasaan yang seharusnya dilakukan sehari-hari masih dilakukan dengan berat hati. Kalimatnya pun aku rubah, biasanya “ kenapa sih ga mau mandi, kalau ga mau mandi nti bau tuh ...iiih, jangan dekat mama” kesalahan bahasa ku ๐Ÿ™ˆ.
Shafaa akhirnya mandi walau dengan berjalan malas, tapi paling tidak aku tidak marah dan menggunakakan kaliman positif.
๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ

sehabis Shafaa mandi, aku masuk ke kamarnya dan mendapati handuk yang tergeletak di atas kasur dan pakaian kotor di lantai.
“Shafaa, pakaian kotornya taro ditempatnya nak…” suara ku dengan intonasi lembut.
Setelah itu aku lanjutkan lagi “Handuknya digantung ya..” kembali Shafaa patuh melakukan.
Hingga saat tulisan ini aku buat, Shafaa tetap riang dan tidak cemberut. Biasanya kalau Shafaa "ngambek" cukup lama berubahnya. Alhamdulillah senang aku hari ini, semoga besok ada lagi pelajaran untuk kami berlatih.
๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ

๐Ÿ’™Hal menarik hari ini adalah:
๐Ÿ“ŒPengaturan intonasi suara dan pengunaan suara ramah  memberi hasil yang lebih baik tanpa perdebatan. Shafaa mengikuti perkataan mama tanpa protes walau dengan wajah cemberut, tapi cepat berubah, tidak lama seperti biasanya.

๐Ÿ“ŒSelama ini aku telah mempraktekkan pemberian pilihan kepada Shafaa,  tapi rupanya intonasi yang aku gunakan keras dan tegas sehingga seperti sebuah perintah, aku mencoba untuk lebih ramah kepada Shafaa, dan hari ini Shafaa menjadi anak yang lebih patuh dan mau melakukan kebiasaan dalam rumah.

๐Ÿ’™Perubahan apa yang Anda buat hari ini

๐Ÿ“ŒFokus pada solusi bukan pada masalah, aku mencoba untuk selalu melakukan hal ini, sebelumnya komunikasi yang dilakukan selalu dengan intro masalah yang telah timbul, yang pada akhirnya dapat melebar.

๐Ÿ“ŒMencoba mengatakan apa yang kita inginkan, terutama pada kebiasaan sehari hari,  membuat shafaa melakukannya dengan riang. Biasanya saya selalu memulai dengan kata “tidak boleh” jika Shafaa melakukan hal diluar kebiasaan, dan kemudian berujung pembangkangan. Hari ini dengan mengganti cara, Shafaa melakukan tanpa bantahan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengulang yang Kemarin