Happy Sunday Bunda Sayang

๐ŸŒท๐Ÿฃ๐ŸŒทGame Kelas Bunda Sayang๐ŸŒท๐Ÿฃ๐ŸŒท

๐ŸŽฏLevel 1
TANTANGAN 10 HARI KOMUNIKASI PRODUKTIF

๐Ÿ’™ Hari Ke - 4

๐ŸŽ‰๐ŸŽ‰๐ŸŽ‰ Happy Sunday ๐ŸŽ‰๐ŸŽ‰๐ŸŽ‰

Pagi ini Shafaa bangun siang, kami baru saja akan mulai sarapan pagi bersama nenek yang menginap semalam. Shafaa ikut sarapan bersama, tanpa mandi, hanya mencuci muka dan sikat gigi. Shafaa tidak mau mandi.
Sehabis sarapan aku dan suami pergi menjemput Alifia, sepupu perempuan Shafaa yang rumahnya berdekatan dengan rumah kami. Shafaa menyambut Alifia dengan senang hati. Aku melihat Shafaa menggenggam sebungkus briko coklat, rupanya Shafaa melihat ekspresi wajahku yang tidak suka ia makan makanan seperti itu.
“Semalam Om Pe bawa… Shafaa mau makan ini ma” kata Shafaa. Alifia langsung menengadahkan tangan meminta, Shafaa kemudian memberi satu. Alifia kembali meminta, kali ini Shafaa memindahkan posisi briko ke sambing badannya, tanda tidak mau memberi. Nenek yang berada bersama mereka langsung menasehati Shafaa, harus sayang sama adik dan mau berbagi.
“Tadi sudah dibagi 1 tuh” Shafaa membela diri.
“Masa kakak Shafaa makan lalu adik tidak, kalau makan sama sama…” lanjut nenek.
“ Kemarin Alifia juga kasih kakak Shafaa chitato satu saja” Shafaa berargumen.
Sementara Alifia mulai marah karena tidak diberi, akhirnya aku membawa Alifia ke dapur dan mengajaknya makan bubur santan, alhamdulillah gadis kecil ini mau. Aku kemudian meminta Shafaa dan Alifia untuk mandi, tapi mereka kembali menolak, mereka mau membuat apotek hidup. Kami memang berencana membuat apotek hidup, karena anakan tanaman yang kami siapkan sudah mulai besar.
“Mama kenapa suruh kita mandi terus… abang dan kakak tidak disuruh mandi?” tanya Shafaa.
“Abang sudah mandi dari kamu belum bangun” kakak menjelaskan. Shafaa diam.
“Habis tanam tanaman mandi ya…” kata ku kepada Shafaa dan Alifia.
“oke ma…” jawab Shafaa senang.
Kami kemudian ke teras belakang menunggu. Suamiku sedang mempersiapkan lokasi apotek hidup. Shafaa kemudian mengambil pembatas karton rokok yang aku minta kemarin di toko langganan kami. Shafaa kemudian meminta nenek menebak huruf yang dibentuknya dari karton pembatas.

“Nene… ini huruf apa?” tanya Shafaa.
“Huruf i “ jawab nenek
“Ya... betul...100 buat nene” Shafaa berkata senang
“Mama... ini huruf apa? … nene, jangan kasih tau ya…” kata Shafaa.
“ N “ jawabku
“ya.. betul, 100 ” kata Shafaa gembira.
Selanjutnya kami bermain menebak huruf sampai semua huruf tertebak.
Shafaa kemuadian mengambil semua buku bacaannya dan menyusunnya di bangku panjang.
“wah… buku buku keluar semua” kataku
“ Shafaa mau buka toko buku” jawabnya sambil terus mengeluarkan dan menata buku. Setelah semua buku keluar, Shafaa pun berkata “ Mau buka perpustakaan saja, ga jadi toko buku”.
Tiba-tiba dalam hatiku sangat gembira.
Kemudian terdengar Shafaa berteriak  dengan lantang “ Perpustakaan buka !!!”.
Alifia datang memilih buku, Shafaa seperti memcatat, “ Nanti dikembalikan ya bukunya  karena hanya pinjam, tidak beli” Shafaa menerangkan kepada Alifia.Kemudian Alifia membawa buku pilihannya dan duduk disamping nenek.
“Perpusatakaan tutup!!!” teriak Shafaa. Alifia lari membawa buku, menyerahkan kepada Shafaa. Shafaa menata buku tersebut, kemudian meminta Alifia untuk masuk kamar dan tidur. Alifi masuk kamar pura-pura tidur.
“Perpustakaan bukaaaa !!!” terdengar Shafaa berteriak.
Alifia langsung bangun menuju perpustakaan membawa serta 3 boneka.
“bonekanya dibawa Alifia?” tanyaku
“iya.. mau diajak” jawabnya
Shafaa menyambut Alifia dan 3 bonekanya sambil berkata “ mau pinjam yang mana? aku cinta Rasul?”
Alifia mengangguk sambil meletakkan 3 bonekanya di dekat meja.
Aku menyaksikan adegan ini dengan gembira sambil menahan tawa.
Aku tinggalkan mereka bermain untuk melihat Shina, kakak Shafaa yang sedang sakit. Lima menit kemudian aku kembali dan bertanya kepada suamiku, apakah bisa menanam sekarang, karena hari sudah siang. Ternyata sore baru kami menanam pohon di apotek hidup. Aku meminta Shafaa dan Alifia untuk mandi. Kulihat puzzle di tempat belajar sudah dibongkar Alifia, aku ingin menyuruh mereka membereskan, tapi mereka sudah bergegas mandi sehingga permintaan itu aku tahan hingga habis mandi nanti. Sehabis mandi kulihat puzzle sudah rapih.
“siapa yang rapihkan?” tanyaku
“papa” jawab Shafaa
“tapi papa salah taruh bulatannya ma.. angka 6 warna ungu, angka 9 warna biru, sesuai dengan yang ini kan ma…” lanjut Shafaa sambil menunjuk dasar puzzel angka 6.
“iya..” jawabku tersenyum
Alifia menghapiri, kemudian berlanjut percakapan antara keduanya, Shafaa mengangkat tanda kurang dan bertanya “ini..” Alifia langsung berkata “satu”.
“bukan satu tapi kurang, yang ini yang angka 1” kata Shafaa sambil mencongkel puzzle angka 1.
“kakak kasih tau ya bedanya…” Shafaa mulai menerangkan detil bentuk angka 1. Aku mendengarkan sambil tersenyum.
๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ

Sore hari terjadi pertengkaran. Alifia mau selimut milik Shafaa, sementara Shafaa tidak mau memberikan, Alifia menangis dan aku meminta Shafaa untuk meminjamkan selimut itu kepada Alifia “Shafaa… kasih adik nak, Alifia kan lagi main di sini, kasihan tuh adiknya menangis” suaraku dengan intonasi rendah.
Shafaa akhirnya menyerahkan selimut dengan berat hati dan wajah marah. Sambil bejalan meninggalkan kami Shafaa berteriak
“Ambil !!!!” kemudian membanting pintu kamar, Aku hampiri kamar Shafaa dan berkata “Tidak boleh ulang lagi, nanti mama marah” suaraku pelan dan tegas.Tidak ada suara dari dalam kamar. Selanjutnya Shafaa dan Alifian bermain sendiri sendiri dalam diam, Shafaa keluar kamar, Alifia masuk, atau sebaliknya. Tak lama kemuadian aunty ade, mamanya Alifia datang menjemput dan Alifia bercerita pertengkaran tersebut,
“siapa yang salah?” tanya aunty ade pada Alifia.
“Apia” jawab Alifia
“minta maaf dong” kata aunty Ade
Alifia bergegas menuju Shafaa dan berkata “ maaf ya..”, Shafaa kemudian mengangguk, selanjutnya mereka bermain bersama lagi.
Mereka memang lucu.
๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ

๐Ÿ’–๐Ÿ’–Sore ini kami memindahkan tanaman ke apotek hidup. ๐Ÿ’–๐Ÿ’–
๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ๐ŸŒ

๐Ÿ’™Hal menarik hari ini
๐Ÿ“ŒTernyata Shafaa lebih banyak. menggunakan kalimat tunggal dan singkat.
๐Ÿ“ŒCara berfikirnya membuat aku kagum.
๐Ÿ“ŒAku kembali mengatakan apa yang harus dilakukan dan tidak ada bantahan.
๐Ÿ“ŒAku mulai menyukai penggunaan kalimat observasi pada Shafaa.

๐Ÿ’™Perubahan apa yang Anda buat hari ini dalam berkomunikasi?
๐Ÿ“Œmasih berlatih penggunaan kalimat observasi.
๐Ÿ“ŒMencoba mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati.
๐Ÿ“ŒBelajar menggunakan intonasi suara yang tepat dengan situasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumpulan Artikel Jadul Balita Kita Majalah Ayah Bunda

Cerita Pagi Bunda Sayang